Rabu, 20 Januari 2010

Wolf Totem

Buku: WOLF TOTEM
Penulis: Jiang Rong
Terjemahan Bahasa Indonesia
Penerjemah: Rika Affianti
ISBN: 9789793714653
Penerbit: Hikmah
Hal: 606
Penghargaan: Man Asian Literary Award


Buku ini mengenai CINTA, Cinta yang lebih besar dan universal sehingga membuat kehidupan dan kematian terus berlangsung dengan damai. Bukan cinta antara 2 orang manusia atau manusia ke binatang. Bagaimana seorang Mongolia tua setangguh Papa Bilgee, anggota masyarakat nomad yang menunjukkan cintanya pada lingkungan atau wilayah yang ditinggalinya sejak lahir. Bagaimana Papa Bilgee menghormati kepercayaan dan keyakinannya terhadap Tengger sebagai kekuatan terbesar Padang Rumput. Dan bagaimana dia menjaga keseimbangan kehidupan di Padang Rumput yang tidak hanya di tinggali oleh manusia nomad-penggembala dan anjing sahabatnya, hewan-hewan ternak seperti sapi, domba dan kuda, tapi juga hewan-hewan lain yang hidup bebas dan liar di wilayah Padang Rumput seperti marmot, tikus, tupai, kelinci, rusa bahkan hewan sebuas serigala yang hidup bergerombol.

Tapi sebenarnya apa Wolf Totem itu?
Wolf Totem adalah suatu warisan spiritual yang sangat berharga dan menjadi “ruh” kehidupan orang-orang Nomad Mongolia. Mereka menghormati serigala (sesama makhluk dikehidupan kecil) sebagai pelindung kehidupan besar yaitu wilayah padang rumput Olonbulag. Serigala yang biasa disebut orang Cina Han sebagai hewan buas yang licik, kejam bahkan biasa dipakai untuk umpatan kekesalan, menjadi binatang yang ditakuti tapi sekaligus dihormati oleh orang-orang nomad Mongolia.

Lantas apa yang membuatnya demikian?
Serigala ternyata binatang yang sangat cerdik bisa dibilang kecerdasannya nyaris supernatural, tidak hanya gagah berani tapi serigala juga binatang yang setia pada kawanannya dan menghormati lingkungan mereka. Serigala pulalah yang menjadi sumber inspirasi setiap pertempuran pasukan Jenghis Khan dalam menaklukkan dunia. Bahkan serigala juga pelatih kuda yang tangguh sehingga lihai dalam berperang.

Lalu apa yang menggerakkan seorang Pelajar muda Chen Zhen untuk memelihara Seekor Serigala sehingga melawan tabu kultural yaitu berteman dengan musuh di alam fisik yang ada di Masyarakat Nomad Mongolia?
Ketertarikannya terhadap Totem Serigala dan kepeduliannya terhadap kelangsungan Kehidupan Besar di Padang Rumput Olonbulag. Chen Zhen mengambil seekor serigala kecil dari gua dengan tujuan Tapi cinta Chen terlalu egois sehingga menyebabkan serigala yang dia pelihara menyakiti dirinya sendiri. Berbeda dengan Papa Bilgee cintanya menyamai para serigala yang hidup di Olonbulag, bahkan sampai meninggal keinginannya menyatu dengan kawanan serigala yang selama ini dia hormati dia wujudkan dengan pemakaman angkasa.

Buku ini menjadi lebih menarik karena membuka aib Pemerintahan China, selain merupakan semi biografi dari penulisnya, Jiang Rong berani mengungkapkan kebobrokan Revolusi Budaya yang dilakukan Pemerintah China waktu itu. Terutama bagaimana migrasi para petani-petani China Han ke daerah Padang Rumput Olonbulag sehingga merubah segala ekologi, bisa dibilang para petani China berkelakuan mirip dengan domba yang dia pelihara saat dia tinggal di Olonbulag selama hampir 10 tahun.

Dan seperti yang dikatakan Papa Bilgee tua kepada Pelajar muda Chen Zhen, bahwa diperlukan kesabaran untuk berburu serigala, maka diperlukan kesabaran pula untuk membaca buku ini. Parahnya selesai membaca buku ini membuat kita menjadi semakin tahu kondisi China dan Mongol saat itu, tapi juga terasa sedikit sekali ilmu kita dalam memandang hidup. (kp)

http://mizan.com/index.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar